Sejarah Perkembangan Melayu Indonesia Dengan Melayu Malaysia
Pada dasarnya melayu indonesia dan melayu malaysia merupakan satu suku
yang sesungguhnya tidak ada bedanya ,Hanya karena penjajahanlah maka
suku Melayu ini terpisah. Malaysia (dari kata Melayu) yang dijajah
Inggris menjadi negara Malaysia, sementara Indonesia dari berbagai suku
(termasuk Ambon dan Papua) yang dijajah Belanda jadi negara Indonesia.
Periode Kerajaan Riau-Lingga (abad ke-18 sampai dengan abad-19 Masehi)
Pada tahun 1719 Raja Kecil, dari Istana Kerajaan Johor, dipaksa
memindahkan pusat kekuasaannya ke Ulu Riau, di Pulau Bintan, salah satu
pulau yang bergabung dalam Kepulauan Riau. Pemindahan ini merupakan
permulaan dari suatu periode dalam pengembangan dan penyebaran bahasa
Melayu, yaitu periode Kerjaan Riau dan Lingga. Dalam periode inilah
bahasa Melayu memperoleh ciri ke-Riau-annya, dan bahasa Melayu Riau
inilah yang merupakan cikal bakal bahasa Nasional Indonesia yang
dicetuskan oleh Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928.
Periode Kerajaan Riau dan Lingga tercatat mulai tahun 1719, ketika
didirikan oleh Raja Kecil, sampai dengan tahun 1913, ketika kerajaan itu
dihapus oleh Pemerintah Kolonial Belanda. Selama keberadaan kerajaan
ini hampir 200 tahun lamanya, ada tiga momentum yang penting sekali bagi
perkembangan dan persebaran bahasa Melayu Riau, yaitu tahun 1808,
ketika Raja Ali Haji lahir; tahun 1857, ketika Raja Ali Haji
menyelesaikan bukunya yang berjudul Bustanul Katibin, suatu tatabahasa
normatif bahasa Melayu Riau; dan tahun 1894, ketika percetakan
Mathba’atul Riauwiyah atau Mathba’atul Ahmadiyah didirikan.
Pengoperasian percetakan Mathba’atul Riauwiyah ini sangat penting karena
melalui buku-buku dan pamflet-pamflet yang diterbitkannya, bahasa
Melayu Riau tersebar ke daerah lain di Kepulauan Nusantara. Yang lebih
penting adalah usaha pembakuan bahasa Melayu Riau sudah dimulai.
Selama perang antara Perancis dan Inggris yang berlangsung di Eropa,
yang berakibat Negeri Belanda sempat diduduki Perancis beberapa tahun,
selama itu terjadi pula perang antara kekuasaan Inggris di Asia Tenggara
dan kekuasaan Belanda yang tunduk kepada {emerintah Perancis di
Kepulauan Nusantara.
Untuk beberapa tahun lamanya, 1819 – 1824, Pulau Jawa dan Pulau Sumatra
diduduki Inggris. Salah seorang administratur Inggris yang ulung, yang
pernah menjadi Gubernur Jenderal di Pulau Jawa dan Pulau Sumatra, yaitu
Stamford Raffles, mendirikan Singapura pada bekas kerajaan Tumasik pada
tahun 1819.
Orang-orang Belanda datanga pertama kali ke Indonesia bertujuan untuk
berdagang. Pada tanggal 20 Maret 1602 mereka mendirikan VOC (Verenigde
Oost Indische Compagnie) untuk melaksanakan perdagangan. VOC beroperasi
di Indonesia selama hampir 200 tahun sampai tahun 1799, menyusul
perusahaan itu direorganisasikan menjadi suatu pemerintahan kolonial.
Belanda mulai menjajah Indonensia dengan memperoleh nama baru
Nederlandsche OOst-Indie (India Belanda).
Di sinilah, Selat Malaka, di daratan Semenanjung Malaya, kekuasaan
kolonial Inggris semakin mencekamkan kukunya. Setelah jatuh ke tangan
Portugis, daerah Malaka ini semakin penting perannya sebagai pusat
perdagangan. Tertarik oleh kekayaan yang melimpah yang dipersembahkan
oleh daerah ini kepada raja Portugis, perusahaan British Est India, yang
pada saat itu masih beroperasi di anak benua India, mulai meluaskan
daerah perdagangannya ke Asia Tenggara. Segeralah muncul konflik
kepentingan di antara ketiga kekuasaab kolonial: Inggris, Beanda, dan
Portugis.
Dari sudut pengembangan dan penyebaran bahasa Melayu, konflik antara
Inggrs dan Belanda sangat penting, karena konfrontasi antarakedua
kekuasaan itu berakhir pada pembagian kawasan Kepulauan Nusantara
menjadi dua, berdasarkan variasi bahasa Melayu yang dipergunakan di
kawasan itu, yaitu bahasa Melayu Johor dan bahasa Melayu Riau.
Pada 2 Februari 1819, kurang lebih tiga abad setelah orang-orang Eropa
tiba di Kepulauan Indonesia, Stamford Raffles, ketika dia menjadi Letnan
Gubernur Jenderal di Bengkulu, atas nama pemerintah kolonial Inggris
mendirikan kota Singapura pada salah satu pulau (Tumasik) yang bergabung
dalam Kepulauan Riau. Setelah benteng Singapura ini didirikan, Inggris
dan Belanda berada dalam konflik bersenjata terus-menerus karena berebut
kepentingan.
Segera setelah perang Napoleon di Eropa mereda, pada tahun 1824
ditandatangani persetujuan untuk mengakhiri konflik bersenjata antara
Inggris dan Belanda di Asia Tenggara. Persetujuan itu terkenal dengan
nama London Treaty of 1824 (Traktat London 1824) yang membagi kawasan
Kepulauan Nusantara menjadi dua bagian: Kepulauan Indonesia berada di
bawah pemerintahan Kolonial Belanda dan Semenanjung Malaya dan Singapura
berada di bawah kekuasaan Kolonial Inggris.
Dengan demikian, Kerajaan Riau dan Lingga menjadi bagian dai daerah
pemerintahan Kolonial Hindia Belanda, dan Kerajaan Johon dan sekitarnya
menjadi bagian dari daerah pemerintahan Kolonial Inggris. Mulai saat itu
pula, perpisahan bahasa Melatu Riau dan bahasa Melayu Johor secara
legal terjadi.
Bahasa Melayu Riau yang merupakan bahasa ibu penduduk Kerajaan Riau dan
Lingga dan pulau-pulau di sekitarnya, berkembang dan menyebar dengan
sangat pesat, sesuai dengan keperluan masyarakat yang bersangkutan
sebagai alat komunikasi lisan.
Bahkan, sejak berlakunya Persetujuan London atau TRaktat London, bahasa
Melayu Riau mendapatkan status yang baik dalam kesusastraan dunia.
Berbagai karya kesusastraan yang cukup tinggi nilainya yang ditulis oleh
penutur asli bahasa Melayu Riau diterbitkan. Pada tahun 1857, misalnya,
Raja Ali Haji menerbitkan bukunya yang berjudul Bustanul Katibin,
sebuah buku tatabahasa normatif bahasa Melayu Riau. Buku tatabahasa ini
selama berpuluh-puluh tahun dipergunakan oleh sekolah-sekolah di wilayah
Kerajaan Riau dan Lingga, dan di Singapura. Pengarang-pengarang lain
yang sezaman dengan Raja Ali Haji, misalnya, Raja Ali Tengku Kelana, Abu
Muhammad Adnan, dan lain-lain, juga menerbitkan karya mereka.
Publikasi karya Raja Ali Haji dan pengarang lain dapat dianggap sebagai
upaya awal dalam proses pembakuan bahasa Melayu Riau. Bahkan, pada
permulaan abad ke-20 karya-karya ini dijadikan buku acuan oleh ahli-ahli
bahasa Belanda. Bahasa Melayu Riau yang sedang berkembang pesat dan
tumbuh dengan sehat ini oleh banyak ahli bahasa disebut sebagai bahasa
Melayu Tinggi.
Perkembangan bahasa Melayu versi Johor di Semenanjung Melaya dan
Singapura tidak sepesat dengan perkembangan bahasa Melayu versi Riau di
Kepulauan Nusantara. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, di
antaranya politik bahasa yang dianut oleh Inggris. Pemerintah Kolonial
Inggris mengakui adanya empat bahasa resmi, yaitu bahasa Melayu, bahasa
Mandarin, bahasa Tamil, dan bahasa Inggris. Keempat bahasa itu
dipergunakan sebagai bahasa pengantar pada lembaga-lembaga pendidikan.
Umumnya, bahasa Inggris paling dominan dipergunakan sebagai bahasa
pengantar.
Melayu Indonesia adalah suku Melayu yang tinggal di sepanjang Indonesia,
sebagai salah satu suku asli negara pulau tersebut. Indonesia mempunyai
penduduk Melayu kedua besar selepas Malaysia.
Menurut sejarah, Bahasa Indonesia,yaitu bahasa kebangsaan Indonesia,
berasal dari Bahasa Melayu yang ditutur di Riau, sebuah provinsi di
Sumatra timur. Ada beberapa bilangan kerajaan Melayu di Indonesia yang
meliputi pulau Sumatra dan Kalimantan, yang mana sesetengahnya yang
terkenal adalah Srivijaya, Kerajaan Melayu, Kesultanan Deli, Kesultanan
Johor-Riau dan Kesultanan Sambas,
Di riau masih bnyak juga peninggalan dan kerajaan-kerajaan melayu
seperti Siak dan Bengkalis,dapat kita lihat pada melayu di riau terutama
di bengkalis melayunya sangat kental sekali dan bisa di bilang masih
tulen. Beda dengan kota-kota tetangganya sudah bercampur aduk dengan
suku minang sehingga bahasa melayu pun dikota tersebut mulai hilang
seperti kota Dumai,Siak,Pekanbaru dan kota-kota tetangganya.
Apakah melayu indonesia melayu bajakan????
jawabanya tidak, seperti yang saya bahas tadi melayu terpisah karena
penjajah, jadi intinya melayu kita satu yang membedakan adalah dari segi
bahasa yang ujung bahasa "O" dan "E". Contoh : mengapo (versi
Indonesia) mengape (versi Malaysia), ada juga melayu indonesia memakai
bahasa yang vokal ujungnya adalah "E" yaitu kota Bengkalis.itu pun hanya
sebagian kecil, kepualauan Riau, daerah SUMUT Deli Serdang dan pada
umunya melayu Indonesia memakai ujung vokalnya adalah O
Pokoknya Takkan Melayu Hilang Dimuka Bumi....!!! (dari berbagai sumber artikel melayu)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar