Pulau Penyengat, Pusat Kebudayaan Melayu yang Terlupakan
Secara Geografis, suku melayu mendiami semananjung Malaya, Pulau
Sumatera serta beberapa gugusan pulau yang berada di Selat Malaka.
Beberapa abad yang lalu, suku melayu pernah berjaya membentuk sebuah
negeri yang besar, kerajaan yang disegani di zamannya. Sebut saja
kerajaan Sriwijaya (Palembang), kerajaan Malaka (Malaysia), Kerajaan
Johor (Malaysia), Kerajaan Lingga (Kepulauan Riau), Kerajaan Pattani
(Pattani - Thailand) dan Kerajaan Siak (Riau).
Identitas kemelayuan mempunyai ciri khas yang tidak bisa di pisahkan
dengan identitas keislaman. Karena kepulauan Sumatera dan Malaya adalah
pintu gerbang pusat perdagangan di Asia Tenggara di masa lalu, yang
menghubungkan antara Cina dan India, Cina dan Timur Tengah melalui rute
perjalanan laut. Jadi tidak heran jika perkembangan Islam lebih awal
jika dibandingkan dengan daerah-daeral lain di nusantara.
Kerajaan Melayu Lingga terletak di Kepulauan Riau, tepatnya di Pulau Penyengat. Pulau ini adalah sebuah pulau kecil yang terletak sekitar 5 menit perjalanan laut dari pelabuhan Tanjung Pinang. Lebar pulau Penyengat tidak terlalu luas. Jalanan bagus terbuat dari semen yang bisa dilewati oleh kendaraan bermotor, yang menghubungkan setiap situs-situs sejarah yang ada dipulau tersebut. Jika berjalan kaki bisa di tempuh sekitar satu jam, dan sudah bisa mengelilingi pulau ini. Atau bisa mengelilingi pulau dengan naik ojek, yang harganya relatif murah untuk mengunjungi situs-situs bersejarah pusat peninggalan Kerajaan Melayu.
Kerajaan Melayu Lingga terletak di Kepulauan Riau, tepatnya di Pulau Penyengat. Pulau ini adalah sebuah pulau kecil yang terletak sekitar 5 menit perjalanan laut dari pelabuhan Tanjung Pinang. Lebar pulau Penyengat tidak terlalu luas. Jalanan bagus terbuat dari semen yang bisa dilewati oleh kendaraan bermotor, yang menghubungkan setiap situs-situs sejarah yang ada dipulau tersebut. Jika berjalan kaki bisa di tempuh sekitar satu jam, dan sudah bisa mengelilingi pulau ini. Atau bisa mengelilingi pulau dengan naik ojek, yang harganya relatif murah untuk mengunjungi situs-situs bersejarah pusat peninggalan Kerajaan Melayu.
Apa yang ada di Pulau Penyengat?
Pulau penyengat sangat indah. Karena struktur alamnya yang dikelilingi
laut dan strategis, sehingga tidak heran jika Pusat Kerajaan Melayu
Lingga berada disini, karena pertimbangan keamanan dimasa itu. Disini
anda dapat menyaksikan secara langsung bangunan-bangunan peninggalan
yang masih berdiri kokoh, baik itu Istana Kerajaan, benteng petahanan,
beberapa meriam yang berhadapan langsung dengan laut, mesjid kerajaan
yang masih di pakai hingga sekarang, makam Raja-raja Penyengat, situs
kebudayaan melayu dan lain-lain. Mesjid kerajaan terletak tepat di depan
dermaga, seakan-akan dia yang akan menyambut kedatangan sesorang.
Mesjid ini strukturnya sangat kokoh, dengan lebar semua dindingnya
setebal sekitar 30 cm. konon menurut sejarah, mesjid ini terbuat dari
kuning telur sebagai perekat. Mesjid inilah, salah satu bangunan yang
masih terpakai hingga sekarang.
Tapi sayang, bangunan-bangunan yang menyimpan beribu sejarah
perkembangan kebudayaan melayu kelihatan tidak terurus. Beberapa
bangunan dibiarkan ditumbuhi rumput menjalar dan hancur begitu saja.
Bahkan beberapa situs bangunan tinggal puing-puing saja. Ada yang roboh
dimakan usia, tidak ada usaha perbaikan dari pihak terkait. Tetapi
walaupun begitu, kita bisa melihat keperkasaan dan kemegahan Kebudayaan
Melayu Lingga pada situs-situs yang masih berdiri kokoh, seperti Istana,
benteng pertahanan, tempat tinggal kaum bangsawan, meriam, kuburan
raja-raja, mesjid dan lain-lain.
“Melayu negeri seribu pantun”.
Memang melayu identik dengan pantun. Dari sejarah, kita tidak bisa
melepaskan satu nama besar yang memelopori perkembangan kebudayaan
melayu terkenal ke Nusantara, dunia, hingga ke Timur Tengah saat itu,
bahkan kebudayaan baik bangunan dan syair-syair pantun masih bisa
dilihat dan terdengar hingga sekarang. Nama itu adalah Raja Ali Haji.
Raja Ali Haji, merupakan keturunan bangsawan asal Bugis.
Dia merupakan seorang raja, dan juga budayawan. Hasil karyanya yang
monumental hingga saat ini masih bisa dinikmati adalah “Gurindam Dua
belas” dan Pengenalan Aksara Jawi (tulisan arab melayu).
Gurindam Dua Belas adalah syair-syair pantun yang berisikan
nasihat-nasihat yang kental dengan nuansa Islami. Aksara Jawi (Tulisan
Arab Melayu) adalah hasil karyanya yang masih bertahan hingga sekarang
dan masih diajarkan sebagai muatan lokal di sekolah-sekolah di Riau
Daratan dan Kepulauan Riau.
Aksara ini menggunakan aksara arab yang di ubah sedemikian rupa hingga
bisa membunyikan huruf sesuai dengan bahasa melayu, karena aksara jawi
ini berbahasa melayu. Selintas kita akan melihat tulisan ini adalah
tulisan arab, tapi bahasa yang dipakai adalah bahasa melayu. Sehingga
syarat untuk bisa membacanya adalah mengetahui aksara arab dan menguasai
bahasa melayu. Gurindam Dua Belas yang aslipun menggunakan aksara jawi
ini.
Sungguh sangat disayangkan, pusat dan peninggalan Kebudayaan Melayu
seakan hilang dan ditelan zaman. Jangankan mengembangkan, menjaganya pun
seakan kita tidak sanggup. Akankah dia hilang terkubur waktu ??
Syair-syair pantun yang syarat dengan hikmah keteladanan, kebijaksanaan,
pendidikan dan lain-lain seakan sebuah barang yang asing bagi
kita.(Kaskus.com )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar