Sabtu, 11 Februari 2012

Pulau Penyengat, Pusat Kebudayaan Melayu yang Terlupakan

Pulau Penyengat, Pusat Kebudayaan Melayu yang Terlupakan

Secara Geografis, suku melayu mendiami semananjung Malaya, Pulau Sumatera serta beberapa gugusan pulau yang berada di Selat Malaka. Beberapa abad yang lalu, suku melayu pernah berjaya membentuk sebuah negeri yang besar, kerajaan yang disegani di zamannya. Sebut saja kerajaan Sriwijaya (Palembang), kerajaan Malaka (Malaysia), Kerajaan Johor (Malaysia), Kerajaan Lingga (Kepulauan Riau), Kerajaan Pattani (Pattani - Thailand) dan Kerajaan Siak (Riau). 
Identitas kemelayuan mempunyai ciri khas yang tidak bisa di pisahkan dengan identitas keislaman. Karena kepulauan Sumatera dan Malaya adalah pintu gerbang pusat perdagangan di Asia Tenggara di masa lalu, yang menghubungkan antara Cina dan India, Cina dan Timur Tengah melalui rute perjalanan laut. Jadi tidak heran jika perkembangan Islam lebih awal jika dibandingkan dengan daerah-daeral lain di nusantara.

Kerajaan Melayu Lingga terletak di Kepulauan Riau, tepatnya di Pulau Penyengat. Pulau ini adalah sebuah pulau kecil yang terletak sekitar 5 menit perjalanan laut dari pelabuhan Tanjung Pinang. Lebar pulau Penyengat tidak terlalu luas. Jalanan bagus terbuat dari semen yang bisa dilewati oleh kendaraan bermotor, yang menghubungkan setiap situs-situs sejarah yang ada dipulau tersebut. Jika berjalan kaki bisa di tempuh sekitar satu jam, dan sudah bisa mengelilingi pulau ini. Atau bisa mengelilingi pulau dengan naik ojek, yang harganya relatif murah untuk mengunjungi situs-situs bersejarah pusat peninggalan Kerajaan Melayu. 
Apa yang ada di Pulau Penyengat?
Pulau penyengat sangat indah. Karena struktur alamnya yang dikelilingi laut dan strategis, sehingga tidak heran jika Pusat Kerajaan Melayu Lingga berada disini, karena pertimbangan keamanan dimasa itu. Disini anda dapat menyaksikan secara langsung bangunan-bangunan peninggalan yang masih berdiri kokoh, baik itu Istana Kerajaan, benteng petahanan, beberapa meriam yang berhadapan langsung dengan laut, mesjid kerajaan yang masih di pakai hingga sekarang, makam Raja-raja Penyengat, situs kebudayaan melayu dan lain-lain. Mesjid kerajaan terletak tepat di depan dermaga, seakan-akan dia yang akan menyambut kedatangan sesorang. Mesjid ini strukturnya sangat kokoh, dengan lebar semua dindingnya setebal sekitar 30 cm. konon menurut sejarah, mesjid ini terbuat dari kuning telur sebagai perekat. Mesjid inilah, salah satu bangunan yang masih terpakai hingga sekarang.
Tapi sayang, bangunan-bangunan yang menyimpan beribu sejarah perkembangan kebudayaan melayu kelihatan tidak terurus. Beberapa bangunan dibiarkan ditumbuhi rumput menjalar dan hancur begitu saja. Bahkan beberapa situs bangunan tinggal puing-puing saja. Ada yang roboh dimakan usia, tidak ada usaha perbaikan dari pihak terkait. Tetapi walaupun begitu, kita bisa melihat keperkasaan dan kemegahan Kebudayaan Melayu Lingga pada situs-situs yang masih berdiri kokoh, seperti Istana, benteng pertahanan, tempat tinggal kaum bangsawan, meriam, kuburan raja-raja, mesjid dan lain-lain. 
“Melayu negeri seribu pantun”. 
Memang melayu identik dengan pantun. Dari sejarah, kita tidak bisa melepaskan satu nama besar yang memelopori perkembangan kebudayaan melayu terkenal ke Nusantara, dunia, hingga ke Timur Tengah saat itu, bahkan kebudayaan baik bangunan dan syair-syair pantun masih bisa dilihat dan terdengar hingga sekarang. Nama itu adalah Raja Ali Haji. Raja Ali Haji, merupakan keturunan bangsawan asal Bugis. 
Dia merupakan seorang raja, dan juga budayawan. Hasil karyanya yang monumental hingga saat ini masih bisa dinikmati adalah “Gurindam Dua belas” dan Pengenalan Aksara Jawi (tulisan arab melayu). 
Gurindam Dua Belas adalah syair-syair pantun yang berisikan nasihat-nasihat yang kental dengan nuansa Islami. Aksara Jawi (Tulisan Arab Melayu) adalah hasil karyanya yang masih bertahan hingga sekarang dan masih diajarkan sebagai muatan lokal di sekolah-sekolah di Riau Daratan dan Kepulauan Riau. 
Aksara ini menggunakan aksara arab yang di ubah sedemikian rupa hingga bisa membunyikan huruf sesuai dengan bahasa melayu, karena aksara jawi ini berbahasa melayu. Selintas kita akan melihat tulisan ini adalah tulisan arab, tapi bahasa yang dipakai adalah bahasa melayu. Sehingga syarat untuk bisa membacanya adalah mengetahui aksara arab dan menguasai bahasa melayu. Gurindam Dua Belas yang aslipun menggunakan aksara jawi ini. 
Sungguh sangat disayangkan, pusat dan peninggalan Kebudayaan Melayu seakan hilang dan ditelan zaman. Jangankan mengembangkan, menjaganya pun seakan kita tidak sanggup. Akankah dia hilang terkubur waktu ??
Syair-syair pantun yang syarat dengan hikmah keteladanan, kebijaksanaan, pendidikan dan lain-lain seakan sebuah barang yang asing bagi kita.(Kaskus.com )
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SYAIR RINTIHAN RAJA MELAYU

Syair Rintihan Raja Melayu Assalamualaikum pemula bicara, Kepada semua isi negara, Hamba rakyat raja di pura, Moga selamat aman sejahtera...