SELAT PANJANG-BIBIT tanaman mangrove yang ditanam di sepanjang pantai Desa Insit, Kecamatan Tebing Tinggi Barat beberapa waktu lalu, kini kondisinya telah memperihatinkan. Hampir semua bibit mangrove yang ditanam telah mati, bahkan yang tinggal hanya pancang sebagai tanda bibit ditanam, kecuali bibit yang ditanam di bibir pantai yang tidak digenangi air kelihatan masih hidup. Pantauan Dumai Pos dilapangan, ribuan bibit mangrove bantuan dari pemerintah pusat melalui dana reboisasi Kementerian Kehutanan dan Perkebunan tahun 2011 yang sudah ditanam warga di sepanjang pantai Desa Insit tersebut, dinilai gagal karena banyak bibit yang mati disebabkan setiap saat digenangi air laut. Menurut penuturan para nelayan tradisonal Desa Insit, penanaman bibit mangrove di sepanjang pantai tidak tepat sasaran, karena kondisi pantainya setiap saat digenangi air laut, untuk mengatasi abrasi di daerah ini yang paling tepat dengan menggunakan batu pemecah ombak, kalaupun mau ditanam mangrove harus dibibir pantai yang berada ketiunggian dari air laut.
“Pantai Desa Insit ini tidak luas, kalau air surut memang kering, tetapi cuma sebentar setelah itu tenggelam lagi, jadi kalau kita tanam bibit mangrove atau api-api tentu sia-sia saja sulit mau hidup, sebaiknya bibit tersebut ditanmam di lokasi yang tinggi atau disepanjang bibir pantai tidak dipantainya, yang paling tepat untuk mengantisipasi abrasi di daerah ini adalah dengan membangun pemecah ombak,”ujar Samad, salah seorang nelayan Desa Insit, saat ditemui Dumai Pos, di tempat pengeringan ikan.
Menurut Samad, di sepanjang bibir pantai Desa Insit merupakan tanah redang atau tanah merah yang mudah runtuh dihantam gelombang pasang, kalaupun ditanam mangrove atau api-api tanpa ada turap, maka akan sia-sia saja, apalagi setelah ditanam tidak dilakukan perawatan dan dijaga dengan baik.
“Kita berharap kepada pihak Intansi terkait, agar program penghijauan ini tidak mubazir, sebaiknya ditinjau kembali bagaimana pola penanaman yang tepat sasaran, artinya, bibit yang ditanam hidup dan dapat menjaga tanah pantai agar tidak terkena abrasi lagi, jangan asal tanam saja, hasilnya akan sia-sia,”ujar Samad.
Menurut Samad, di sepanjang bibir pantai Desa Insit merupakan tanah redang atau tanah merah yang mudah runtuh dihantam gelombang pasang, kalaupun ditanam mangrove atau api-api tanpa ada turap, maka akan sia-sia saja, apalagi setelah ditanam tidak dilakukan perawatan dan dijaga dengan baik.
“Kita berharap kepada pihak Intansi terkait, agar program penghijauan ini tidak mubazir, sebaiknya ditinjau kembali bagaimana pola penanaman yang tepat sasaran, artinya, bibit yang ditanam hidup dan dapat menjaga tanah pantai agar tidak terkena abrasi lagi, jangan asal tanam saja, hasilnya akan sia-sia,”ujar Samad.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar