Tukang Racik Limau sedang mempersiapkan properti Belian
Ritual pengobatan tradisional Belian adalah sebuah
ritual pengobatan secara tradisional dan mistis yang berasal dari desa
Segati, kec. Langgam, Kab Pelalawan. Saat ini, ritual pengobatan ini
tidak pernah dijumpati lagi. Karena, masyarakat sudah mulai melakukan
pengobatan medis di puskesmas atau rumah sakit.
Sebelum tahun 70an, saat fasilitas kesehatan belum dikenal oleh
masyarakat di pelosok kampung, maka ritual pengobatan tradisional
menjadi pilihan bagi mereka. Termasuk Belian.
Namun saat ini ritual pengobatan yang menggunakan kekuatan mistis
sebagai penyembuh orang yang sakit ini hanya dimunculkan sebagai sebuah
pertunjukan kesenian.
Dalam ritual pengobatan Belian, dikenal istilah-istilah seperti
Kemantan yang menjadi pemimpin ritual, Bujang Kemayu yang tugasnya
mengiringi ritual dengan nyanyian, Bujang Ketabung sang pemain gendang,
serta Tukang Racik Limau. Masing-masing mempunyai tugas yang saling
berkaitan dan saling mendukung demi kelancaran ritual ini.
Properti yang digunakan dalam ritual Belian
Belian dimulai dengan mempersiapkan properti yang akan digunakan
untuk ritual ini. Yang bertugas mempersiapkan segala kebutuhan ritual
adalah Tukang Racik Limau. Ia menyiapkan lilin, limau, gendang, Puan
(Daun Kelapa atau janur), serta Lancang Tangguk Alam ( Batang Kelubi
yang dibentuk seperti perahu/lancang). Tukang Racik Limau mulai menyusun
perlengkapan sedemikian rupa, mengusap gendang yang akan digunakan
dengan limau.
Bujang Ketabung memainkan gendang selama berlangsungnya ritual Belian
Kemantan membaca mantra dalam ritual Belian
Setelah semua perlengkapan siap, barulah Kemantan tadi melafalkan
mantra-mantra untuk berkomunikasi dengan makhluk ghaib yang akan
membantu pengobatan. Bersamaan dengan ini, Bujang Kemayu dan Bujang
Ketabung mulai menyanyikan lagu-lagu mantra dan diiringi gendang.
Tak berapa lama kemudian, Kemantan terlihat semakin keras membaca
mantra. Sepertinya kesadarannya mulai berkurang dan mulai memasuki alam
gaib. Kemudian ia mulai berdiri dan berjalan sambil menari-nari
mengitari area ritual. Ia membunyikan lonceng yang ada di pergelangan
tangannya dan sesekali menaburkan kembang yang diberikan oleh
asistennya. Aktivitas ini menggambarkan sang Kemantan tengah menjemput
roh halus atau roh para leluhur yang diharapkan bisa membantu
pengobatan. Semakin lama jalan sang dukun semakin cepat dan nyaris
seperti orang berlari. Ini pertanda roh halus yang dijemput tadi telah
memasuki tubuh sang dukun. Menurut cerita, pada saat seperti ini,
beberapa orang harus bersiaga untuk menjaga agar Kemantan tidak
terjatuh, atau justru dibawa lari oleh makhluk halus yang merasukinya.
Kemantan yang dirasuki roh halus menari mengitari area ritual Belian
Cukup lama Kemantan melakukan putaran tersebut hingga kemudian Ia
kembali duduk di posisinya semula sambil terus membunyikan lonceng,
menabur kembang dan melafalkan mantra. Sampailah saatnya prosesi
pengobatan dimulai. Pasien duduk dekat Kemantan. Sambil terus melafalkan
mantra, sang dukun kemudian berdiri dan mengusap-usap kepala pasien.
Pada saat ini lilin digunakan. Meletakkan lilin yang ditaruh di atas
tempurung kelapa ke ubun-ubun sang pasien. Ia juga meniup ubun-ubun
sambil melafalkan mantra.
Kemantan menghembus kepala pasien sambil mengucap mantra untuk pengobatan
Tabuhan gendang dan nyanyian dari Bujang Kemayu dan Bujang Ketabung
masih terus terdengar. Setelah selesai mengobati pasien, Kemantan
kembali mengitari tempat ritual sambil membaca mantra dan membunyikan
lonceng. Persis sama seperti yang dilakukannya sebelum pengobatan. Pada
saat ini sang dukun bermaksud mengantar kembali roh halus yang
memasukinya tadi. Tak lupa iya menaburkan kembang sebagai bentuk terima
kasih telah membantu ritual pengobatan tersebut.
Menurut cerita, durasi ritual pengobatan tradisional Belian yang
sebenarnya bisa berjam-jam atau bahkan dari malam hingga pagi hari.
Namun sebagai bahan pertunjukan seni, ritual ini dilaksanakan hanya
sekitar setengah jam.
Saat ini di desa Segati, yang masih bisa melakukan ritual pengobatan
ini tidak banyak. Bahkan mungkin bisa dihitung dengan jari. Salah
satunya adalah Kemantan yang tampil dalam pertunjukan kali ini.
Kemampuan ritual Belian ini sendiri sebenarnya terus diturunkan dari
generasi ke generasi. Namun karena ritualnya sendiri tidak pernah
digunakan lagi, maka satu persatu para dukun di desa ini meninggalkan
profesinya.
Pertunjukan ritual pengobatan tradisional Belian yang kami saksikan
dalam pentas seni Tirta Bono di desa teluk meranti beberapa waktu lalu
ini merupakan pertama kalinya ritual ini dipertunjukkan ke publik
sebagai sebuah pertunjukan seni. Menurut pimpinan tim kesenian,
tujuannya adalah agar tradisi ini tidak punah dimakan zaman.
Sumber : Riau Magazine