TUJUH PETALA LANGIT,
DARI GUNUNG KE LEMBAH CURAM
DARI SUNGAI KE LAUTAN BERGELOMBANG,
KEMBARA ADALAH SETIA PADA SUMPAH,
KEMENYAN DAN SETANGGI PENYERI KEHADIRAN KITA
WARISAN BERKURUN DARI DATO LAKSAMANA,
DI MANA BUMI DIPIJAK DI SITULAH LANGIT DIJUNJUNG
SUMPAH PENDEKAR,
PANTANG BERUNDUR WALAU SETAPAK
PANTANG MAUT SEBELUM AJAL,
PANTANG DERHAKA PADA TITAH
PANTANG KERIS DIPINGGANG KALAU TAK BERANI MATI,
BERDENTUM GURUH DI LANGIT,
MEREKAH BUMI DIPIJAK.
PENDEKAR TAKKAN UNDUR SETAPAK
PULANGKAN PAMOR PADA KERISNYA,
PULANGKAN SIREH PADA GANGGANGNYA,
PULANGKAN MAHKOTA PADA WARISNYA,
PULANGKAN COKMAR PADA LAKSAMANA,
PULANGKAN LANGKAH PADA GELANGGANG,
PULANGKAN SUMPAH PADA PENDEKAR,
PULANGKAN ROHANI PADA JASMANI,
PULANGKAN BANGSA DAN MARTABAT,
SUMPAH BUKAN CUMA DIBIBIR,
GENGGAM BARA API BIAR SAMPAI JADI ARANG,
BUMI WARISAN INI,
TANAH TUMPAH DARAH KITA,
MASIH MENUNTUT SEMANGAT YANG BELUM TERTUNAI,
PRIBUMI BUKAN SEKADAR GELARAN TANPA MAKNA,
KITA ADALAH ANAK WATAN,
DARAH YANG MENGALIR DI TUBUH KITA,
SEMERAH DARAH SI JEBAT YANG TUMPAH DI BUMI MELAKA,
SEMERAH DARAH SI JEBAT MELEKAT DI TAMING SARI,
SEMERAH DARAH SI JEBAT YANG TERCALIT DI KENING HANG TUAH,
SEMERAH DARAH HANG NADIM YANG TERHUMBAN DI LAUT TEMASIK,
DAN KITA MASIH DI SINI,
MENDEPANI HARI-HARI YANG SEMAKIN MENCABAR,
KEUTUHAN TEKAD YANG KENTAL,
SUMPAH KERAMAT SEORANG PENDEKAR,
TAKKAN MELAYU HILANG DI DUNIA,
~~~BERSATULAH WAHAI ANAK BANGSAKU~~~~ —